Visi dan Misi Laboratorium


VISI DAN MISI LABORATORIUM
Visi merupakan suatu pernyataan tentang tujuan organisasi yang ditampilkan dalam pelayanan dan produk yang ditawarkan dan dikampanyekan yang biasanya berupa cita-cita masa mendatang, nilai-nilai suatu aspirasi, kebutuhan yang dapat dipenuhi, pelayanan kelompok masyarakat.
Visi laboratorium adalah serangkaian kata-kata bahkan rangkaian kalimat mengungkapkan impian, cita-cita, rencana, harapan sebuah laboratorium, yang ingin dicapai di masa mendatang. Visi juga dapat dikatakan sebagai sesuatu yang sangat dibutuhkan demi menjamin kesuksesan dan kelestarian laboratorium jangka panjang. Dengan kata lain dapat diekspresikan visi merupakan ‘want to be’ dari laboratorium.
Berikut ini karakteristik visi yang efektif:
1.            Desirable (menarik),
2.            Imagible (dapat dibayangkan),
3.            Feasible (realistis dan dapat dicapai),
4.            Comumunicable (mudah dipahami),
5.            Flexible (responsif dan aspiratif terhadap lingkungan),
6.            Focused (jelas)
Visi suatu laboratorium adalah:
1.      Pernyataan mengenai maksud dan tujuan akhir dari dibangunnya laboratorium itu
2.      Visi ini menjangkaau jangka waktu ke depan yang panjang
3.      Mencakup kondisi ideal yang diinginkan di masa depan
4.      Tidak menenkankan kondisi fisiknya, tetapi fungsi-fungsi yang ingin diciptakan
5.      Visi biasanya dinyatakan dengan kalimat singkat
6.      Visi menjelaskan secara singkat institusi atau organisasi macam apa yang diharapkan di masa depan
7.      Visi berfungsi sebagai arah pengembangan di masa depan.
Contoh visi laboratorium fisika:
Menjadikan Laboratorium Fisika sebagai sarana siswa dan guru dalam proses pembelajaran melalui praktikum/penelitian, untuk menghasilkan lulusan yang bermutu dan berkompeten dalam bidang pendidikan fisika.
Misi (mission) adalah pernyataan-pernyataan yang mendefinsikan apa yang sedang/akan dilakukan atau ingin dicapai dalam waktu (sangat) dekat atau saat ini. Misi lebih terkonsentrasi ke saat ini dan merupakan target-target yang sifatnya lebih operasional, proses proses dalam organisasi, serta tingkat kinerja yang diinginkan.
Pentingnya misi bagi sebuah laboratorium:
1.      Membantu untuk lebih memfokuskan usaha pencapaian tujuan laboratorium
2.      Membantu mencegah terjadinya konflik dalam laboratorium
3.      Memberikan dasar bagi pengalokasian sumberdaya
4.      Menetapkan kerangka tanggung jawab dalam laboratorium
5.      Sebagai dasar bagi pengembangan tujuan laboratorium
Contoh misi laboratorium fisika
1.      Memberikan pelayanan pendidikan kepada siswa dengan mutu setinggi mungkin.
2.      Melengkapi sarana dan prasarana laboratorium Fisika secara kontinyu untuk meningkatkan layanan praktikum Fisika, baik dalam proses pembelajaran maupun penelitian.
3.      Meningkatkan layanan laboratorium sebagai pusat kegiatan penunjang akademik/praktikum, penelitian dan pengujian bidang pendidikan fisika.

ANALISIS SWOT
Analisis SWOT adalah analisis kondisi internal maupun eksternal suatu organisasi yang selanjutnya akan digunakan sebagai dasar untuk merancang strategi dan program kerja. Analisis internal meliputi peniaian terhadap faktor kekuatan (Strength) dan kelemahan (Weakness). Sementara, analisis eksternal mencakup faktor peluang (Opportunity) dan tantangan (Threaths).
1.      Strength (kekuatan)
Faktor-faktor kekuatan merupakan kompetensi khusus yang terdapat dalam laboratorium yang berakibat pada pemilikan keunggulan kompetitif dan komparatif. Dikatakan demikian karena laboratorium memiliki sumber daya manusia, keterampilan, fasilitas laboratorium berupa peralatan dan ruangan yang memadai, dan sebagainya yang membuat lebih kuat dari laboratorium lain atau unit usaha lain yang sejenis.
2.      Weakness (kelemahan)
Faktor-faktor kelemahan yang dimaksud adalah keterbatasan atau kekurangan dalam hal sumber daya manusia, keterampilan dan kemampuan, fasilitas laboratorium, dan sebagainya yang menjadi penghalang serius bagi penampilan kinerja laboratorium yang memuaskan. Dalam praktek, berbagai keterbatasan dan kekurangan tersebut bisa terlihat pada sarana dan prasarana yang dimiliki dan yang tidak dimiliki, kemampuan pengelolaan yang rendah, hasil riset yang rendah sehingga tidak diminati oleh para pengguna, rendahnya keterampilan dalam memperkenalkan potensi yang dimiliki laboratorium.
3.      Opportunity (peluang)
Yaitu analisis peluang, situasi atau kondisi yang merupakan peluang diluar suatu laboratorium dan memberikan peluang berkembang bagi laboratorium dimasa depan. Cara ini adalah untuk mencari peluang ataupun terobosan yang memungkinkan suatu laboratorium bisa berkembang di masa yang akan depan atau masa yang akan datang.
4.      Threats (T)
Yaitu analisis ancaman, cara menganalisis tantangan atau ancaman yang harus dihadapi oleh suatu laboratorium untuk menghadapi berbagai macam faktor lingkungan yang tidak menguntungkan pada suatu laboratorium yang menyebabkan kemunduran. Jika tidak segera di atasi, ancaman tersebut akan menjadi penghalang bagi suatu laboratorium yang bersangkutan baik di masa sekarang maupun masa yang akan datang.
Ada dua macam pendekatan dalam analisis SWOT, yaitu:
A.    Pendekatan Kualitatif Matriks SWOT
Pendekatan kualitatif matriks SWOT sebagaimana dikembangkan oleh Kearns menampilkan delapan kotak, yaitu dua paling atas adalah kotak faktor eksternal (Peluang dan Tantangan) sedangkan dua kotak sebelah kiri  adalah faktor internal (Kekuatan dan Kelamahan). Empat kotak lainnya merupakan kotak isu-isu strategis yang timbul sebagai hasil titik pertemua antara faktor-faktor internal dan eksternal.
Keterangan:
Sel A: Comparative Advantages Sel ini merupakan pertemuan dua elemen kekuatan dan peluang sehingga memberikan kemungkinan bagi suatu organisasi untuk bisa berkembang lebih cepat. 
Sel B: Mobilization Sel ini merupakan interaksi antara ancaman dan kekuatan. Di sini harus dilakukan upaya mobilisasi sumber daya yang merupakan kekuatan organisasi untuk memperlunak ancaman dari luar tersebut, bahkan kemudian merubah ancaman itu menjadi sebuah peluang.
Sel C: Divestment/Investment Sel ini merupakan interaksi antara kelemahan organisasi dan peluang dari luar. Situasi seperti ini memberikan suatu pilihan pada situasi yang kabur. Peluang yang tersedia sangat meyakinkan namun tidak dapat dimanfaatkan karena kekuatan yang ada tidak cukup untuk menggarapnya. Pilihan keputusan yang diambil adalah (melepas peluang yang ada untuk dimanfaatkan organisasi lain) atau memaksakan menggarap peluang itu (investasi).
Sel D: Damage Control Sel ini merupaka kondisi yang paling lemahdari semua sel karena merupakan pertemuan antara kelemahan organisasi dengan ancaman dari luar, dan karenanya keputusan yang salah akan membawa bencana yang besar bagi organisasi. Strategi yang harus diambil adalah Damage Control (mengendalikan kerugian) sehingga tidak menjadi lebih parah dari yang diperkirakan
B.     Pendekatan Kuantitatif Analisis SWOT                            
Data SWOT kualitatif di atas dapat dikembangkan secara kuantitaif melalui perhitungan Analisis SWOT yang dikembangkan oleh Pearce dan Robinson (1998) agar diketahui secara pasti posisi organisasi yang sesungguhnya. Perhitungan yang dilakukan melalui tiga tahap, yaitu:
1.      Melakukan perhitungan skor (a) dan bobot (b) point faktor setta jumlah total perkalian skor dan bobot (c = a x b) pada setiap faktor S-W-O-T; Menghitung skor (a) masing-masing point faktor dilakukan secara saling bebas (penilaian terhadap sebuah point faktor tidak boleh dipengaruhi atau mempengeruhi penilaian terhadap point faktor lainnya. Pilihan rentang besaran skor sangat menentukan akurasi penilaian namun yang lazim digunakan adalah dari 1 sampai 10, dengan asumsi nilai 1 berarti skor yang paling rendah dan 10 berarti skor yang peling tinggi.  Perhitungan bobot (b) masing-masing point faktor dilaksanakan secara saling ketergantungan. Artinya, penilaian terhadap satu point faktor adalah dengan membandingkan tingkat kepentingannya dengan point faktor lainnya. Sehingga formulasi perhitungannya adalah nilai yang telah didapat (rentang nilainya sama dengan banyaknya point faktor) dibagi dengan banyaknya jumlah point faktor).
2.      Melakukan pengurangan antara jumlah total faktor S dengan W (d) dan faktor O dengan T (e); Perolehan angka (d = x) selanjutnya menjadi nilai atau titik pada sumbu X, sementara perolehan angka (e = y) selanjutnya menjadi nilai atau titik pada sumbu Y; 3. Mencari posisi organisasi yang ditunjukkan oleh titik (x,y) pada kuadran SWOT.

Kuadran I (positif, positif)
Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang kuat dan berpeluang, Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Progresif, artinya organisasi dalam kondisi prima dan mantap sehingga sangat dimungkinkan untuk terus melakukan ekspansi, memperbesar pertumbuhan dan meraih kemajuan secara maksimal.
Kuadran II (positif, negatif)
Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang kuat namun menghadapi tantangan yang besar. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Diversifikasi Strategi, artinya organisasi dalam kondisi mantap namun menghadapi sejumlah tantangan berat sehingga diperkirakan roda organisasi akan mengalami kesulitan untuk terus berputar bila hanya bertumpu pada strategi sebelumnya. Oleh karenya, organisasi disarankan untuk segera memperbanyak ragam strategi taktisnya.
Kuadran III (negatif, positif)
Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang lemah namun sangat berpeluang. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Ubah Strategi, artinya organisasi disarankan untuk mengubah strategi sebelumnya. Sebab, strategi yang lama dikhawatirkan sulit untuk dapat menangkap peluang yang ada sekaligus memperbaiki kinerja organisasi.
Kuadran IV (negatif, negatif)
Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang lemah dan menghadapi tantangan besar. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Strategi Bertahan, artinya kondisi internal organisasi berada  pada pilihan dilematis. Oleh karenanya organisasi disarankan untuk meenggunakan strategi bertahan, mengendalikan kinerja internal agar tidak semakin terperosok. Strategi ini dipertahankan sambil terus berupaya membenahi diri.
Faktor  Eksternal
Strength (Kekuatan)
Opportunity (Peluang)
Sumber daya manusia memenuhi standar.
Upaya untuk mendapat bantuan alat dan bahan laboratorium masih terbuka.
Bangunan laboratorium IPA masih baru.
Pengelolaan dan pengadministrasian alat-alat praktikum lebih mudah.
Pengorganisasian Laboratorium IPA sudah cukup baik.
Kesempatan siswa untuk berprestasi dalam hal penelitian cukup besar.

Pengelolaan, pemeliharaan, dan pendayagunaan laboratorium IPA sampai sejauh ini telah dilakukan dengan baik.
Pengembangan laboratorium masih terbuka lebar.
Keberadaan  Laboratorium IPA sudah dapat mancukupi kebutuhan belajar siswa, namun masih perlu ditingkatkan lagi.
Kualitas pengelolaan laboratorium akan semakin meningkat.
Monitoring Laboratorium IPA sudah sesuai dengan standar.

Strategi Strength-Opportunity
1)   Memanfaatkan sumber daya manusia yang memenuhi standar dan adanya bangunan laboratorium yang masih baru untuk menangkap peluang dalam mendapatkan bantuan alat laboratorium dan mengembangkan laboratorium (S1,2 ; O1,4).
2)   Memanfaatkan keberadaan laboratorium IPA dan sumber daya manusia yang memenuhi standar untuk mendapatkan peluang agar siswa mampu berprestasi dalam hal penelitian (S5,1 ; O3).
3)   Memanfaatkan sumber daya manusia yang memenuhi standar dan pengorganisasian laboratorium yang sudah cukup baik serta pengelolaan, pemeliharaan dan pendayagunaan laboratorium yang telah dilakukan dengan baik diharapkan mampu memperoleh peluang agar kualitas pengelolaan laboratorium semakin meningkat (S1,3,4 ; O5).


Faktor  Eksternal
Strength (Kekuatan)
Threat (Ancaman)
Sumber daya manusia memenuhi standar.
Kegiatan praktikum akan terganggu karena banyak alat yang rusak dan bahan kadaluarsa
Bangunan laboratorium IPA masih baru.
Terjadinya ancaman pencemaran lingkungan di sekitar laboratorium karena belum memiliki instalasai pengolahan limbah.
Pengorganisasian Laboratorium IPA sudah cukup baik.
Lemahnya tingkat keselamatan di laboratorium karena perlengkapan P3K belum punya.
Pengelolaan, pemeliharaan, dan pendayagunaan laboratorium IPA sampai sejauh ini telah dilakukan dengan baik.
Lemahnya tingkat keamanan di laboratorium karena belum dimilikinya alat pemadam kebakaran maupun teralis.
Keberadaan  Laboratorium IPA sudah dapat mancukupi kebutuhan belajar siswa, namun masih perlu ditingkatkan lagi.
Kontrol terhadap pengelolaan dan pengembangan laboratorium sulit dilakukan karena administrasi laboratorium belum baik.
Monitoring Laboratorium IPA sudah sesuai dengan standar.

Strategi Strength-Threat
1)   Memanfaatkan  sumber  daya manusia yang memenuhi standar,  pengorganisasian laboratorium yang cukup baik merupakan kekuatan untuk  memperkecil  ancaman  kegiatan praktikum yang akan terganggu (S1,3 ; T1).
2)   Memanfaatkan  sumber  daya manusia yang memenuhi standar,  pengelolaan, pemeliharaan dan pendayagunaan laboratorium IPA yang baik merupakan kekuatan untuk  memperkecil  ancaman berupa terjadinya pencemaran di sekitar laboratorium (S1,4 ; T2).

Faktor  Eksternal
Weakness (Kelemahan)
Opportunity (Peluang)
Peralatan laboratorium banyak yang rusak.

Upaya untuk mendapat bantuan alat dan bahan laboratorium masih terbuka.
Bahan kimia sudah kadaluarsa.
Pengelolaan dan pengadministrasian alat-alat praktikum lebih mudah.
Belum memiliki tenaga laboratorium (laboran dan teknisi)
Kesempatan siswa untuk berprestasi dalam hal penelitian cukup besar
Belum memiliki instalasi pengolahan limbah.
Pengembangan laboratorium masih terbuka lebar.
Belum memiliki alat pengaman yang memadai (pemadam, teralis).
Kualitas pengelolaan laboratorium akan semakin meningkat.
Belum memiliki kotak P3K di ruang laboratorium.

Sistem administrasi laboratorium IPA belum baik.

Secara garis besar kondisi sarana dan prasarana Laboratorium IPA masih belum memenuhi standar peraturan mentri Pendidikan Nasional No. 24 tahun 2007.

Strategi Weakness-Opportunity
1)   Mengganti peralatan laboratorium yang rusak dan bahan kimia yang kadaluarsa untuk menangkap peluang agar siswa mampu berprestasi dalam hal penelitian (W1,2 ; O3).
2)   Mengangkat tenaga laboratorium untuk  menangkap  peluang  pegelolaan dan pengadministrasian alat-alat praktikum lebih mudah dan kualitas pengelolaan laboratorium semakin meningkat (W3 : O2,5).
3)   Adanya peralatan laboratoriumm yang rusak dan bahan kimia yang kadaluarsa untuk menangkap peluang mendapatkan bantuan alat dan bahan laboratorium (W1,2 ; O1).

Faktor  Eksternal
Weakness (Kelemahan)
Threat (Ancaman)
Peralatan laboratorium banyak yang rusak.
Kegiatan praktikum akan terganggu karena banyak alat yang rusak dan bahan kadaluarsa.
Bahan kimia sudah kadaluarsa.
Terjadinya ancaman pencemaran lingkungan di sekitar laboratorium karena belum memiliki instalasai pengolahan limbah.
Belum memiliki tenaga laboratorium (laboran dan teknisi).
Lemahnya tingkat keselamatan di laboratorium karena perlengkapan P3K belum punya.
Belum memiliki instalasi pengolahan limbah.
Lemahnya tingkat keamanan di laboratorium karena belum dimilikinya alat pemadam kebakaran maupun teralis.
Belum memiliki alat pengaman yang memadai (pemadam, teralis).
Kontrol terhadap pengelolaan dan pengembangan laboratorium sulit dilakukan karena administrasi.
Belum memiliki kotak P3K di ruang laboratorium.

Sistem administrasi laboratorium IPA belum baik.

Secara garis besar kondisi sarana dan prasarana Laboratorium IPA masih belum memenuhi standar peraturan mentri Pendidikan Nasional No. 24 tahun 2007.

Strategi Weakness-Threat
1)   Mengganti peralatan laboratorium yang rusak dan bahan kimia yang kadaluarsa untuk memperkecil ancaman  kegiatan praktikum yang akan terganggu (W1,2 ; T1).
2)   Mengangkat tenaga laboratorium dan mengganti peralatan laboratorium yang rusak dan bahan kimia yang kadaluarsa untuk   memperkecil   ancaman  kegiatan praktikum yang akan terganggu (W1,2,3 ; T1).
3)   Membangun instalasi pengolahan limbah untuk  memperkecil ancaman berupa terjadinya pencemaran di sekitar laboratorium (W4 ; T2).
Menyediakan kotak P3K dan alat pemadam serta memasang teralis untuk memperkecil ancaman lemahnya tingkat keselamatan dan keamanan di laboratorium IPA (W5,6 ; T3,4).

RENCANA STRATEGIS LABORATORIUM
Peran penting suatu laboratorium sebagai sarana belajar mengeksplorasi pengetahuan yang didapatkan melalui kegiatan eksperimen. Laboratorium merupakan sumber belajar yang efektif untuk mencapai kompetensi yang diharapkan bagi siswa. Bahkan sebenarnya laboratorium memiliki multifungsi untuk tercapainya kompetensi ilmiah bagi siswa. Laboratorium sangat diperlukan untuk mendukung keefektifan pelaksanaan proses pembelajaran dalam hal ini  sebagai sarana belajar, sebagai media, serta sekaligus sebagai sumber belajar. Selain itu, laboratorium juga dapat didayagunakan secara lebih luas untuk melakukan eksplorasi pengetahuan dan keterampilan siswa melalui kegiatan penelitian.
Agar kesinambungan dan daya guna laboratorium dapat dipertahankan, laboratorium perlu dikelola secara baik. Dalam kenyataannya, berdasarkan hasil pemantauan Direktorat Pendidikan Menengah Umum dan Inspektorat Jenderal diperoleh informasi bahwa masih banyak laboratorium sekolah yang belum dimanfaatkan sebagaimana mestinya. Bahkan pengelolaan dan pemanfaatannya sebagai sumber belajar belum optimal atau ada yang belum digunakan sama sekali, serta masih banyak sekolah yang memiliki keterbatasan fasisilitas laboratorium. Sehingga hal ini menjadi kendala dalam pelaksanaan praktikum di sekolah .
Kurangnya perhatian pengelolaan laboratorium, baik pemenuhan alat dan bahan praktik menyebabkan minimnya pengetahuan siswa tentang pelajaran yang diterima dalam kelas. Siswa hanya sebatas mengetahui teori, tanpa mengerti praktik secara ilmiah. Pada dasarnya pengelolaan laboratorium merupakan tanggungjawab bersama, baik pengelola maupun pengguna. Oleh karena itu, setiap orang yang terlibat harus memiliki kesadaran dan merasa terpanggil untuk mengatur, memelihara, dan mengusahakan keselamatan kerja. Mengatur dan memelihara laboratorium merupakan upaya agar laboratorium selalu tetap berfungsi sebagaimana mestinya sehingga diperlukan usaha dari pihak terkait untuk memberdayakan dan mengaktifkan kembali fungsi laboratorium secara optimal di sekolah-sekolah demi meningkatkan mutu pendidikan.
Untuk  pengembangan pengelolaan laboratorium  memerlukan strategi yang tepat yang tertuang dalam rencana strategis (renstra). Rencana Strategis adalah sebuah rencana yang harus dimiliki sebagai acuan untuk melaksanakan kegiatan.  Ada yang berjangka pendek ataupun yang jangka panjang, atau dengan kata lain rencana strategis  merupakan suatu perencanaan atau program kerja yang disusun untuk mengelola laboratorium agar fungsi laboratorium bisa terwujud, baik dari sisi sarana prasarana maupun kemanfaatan bagi peserta didik.
Langkah-langkah pengembangan pengelolaan laboratorium  di sekolah sebagai berikut.
 Pertama, potensi dan masalah. Pada bagian ini mengidentifikasi mengenai potensi atau kekuatan sekolah dan kelemahan atau masalah yang dihadapi oleh sekolah.
Kedua, mengumpulkan informasi.  Setelah potensi dan masalah yang dimiliki sekolah diketahui, selanjutnya dilakukan pengumpulan berbagai informasi yang dapat digunakan sebagai bahan untuk perencanaan produk dalam bentuk draf rencana strategis yang diharapkan dapat digunakan untuk mengembangkan pengelolaan laboratorium di sekolah. Dalam pengumpulan informasi dilakukan analisis SWOT untuk mengidentifîkasi faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan acaman untuk strategi pengembangan pengelolaan laboratorium yang berdasarkan pada hasil FGD.
Ketiga, desain produk. Desain produk dikembangkan dari hasil analisis SWOT yang dilakukan dengan menganalisis faktor internal dan faktor eksternal sekolah guna merumuskan dan menyusun strategi-strategi agresif yang digunakan untuk mengembangkan pengelolaan laboratorium di sekolah.
Keempat, validasi desain produk dan perbaikan desain produk. Produk berupa rencana strategis yang telah disusun kemudian divalidasi oleh pakar. Dari hasil validasi digunakan perbaikan desain produk, kemudian desain produk yang sudah diperbaiki dikoordinasikan dengan kepala sekolah untuk dilakukan pembahasan mendalam bersama seluruh warga sekolah.
Jika semua sepakat, maka rencana akan diuji cobakan, sehingga dapat diketahui tingkat keberhasilan dan keefektifan dari strategi yang sudah dibuat. Umpan balik dari lapangan selanjutnya akan digunakan sebagai kajian lebih lanjut, sehingga produk benar-benar dapat dilaksanakan dan mampu memberikan solusi permasalahan di lapangan.Dengan rencana strategis tidak hanya dipikirkan alat-alat dan bahan-bahan apa ynag dibutuhkan oleh laboratorium, tetapi bagaimana laboratorium yang ada dapat berfungsi memenuhi kebutuhan dan harapan pengguna laboratorium.

DAFTAR PUSTAKA

Amien, Moh. (1988). Buku Pedoman Laboratorium dan Petunjuk Praktikum Pendidikan IPA Umum Untuk Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan. Jakarta: P2LPTK Depdikbud.
Freddy Rangkuti, 2004, Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis, PT. Gramedia Jakarta
Hadiat. 1984. Pedoman Pengelolaan Laboratorium IPA. Jakarta : Depdikbud.        
Nyeneng,I Dewa Putu.2011. Materi Pokok Pengelolaan Laboratorium      IPA.Bandarlampung:UniversitasLampung.
Kancono . 2010. Manajemen Laboratorium IPA. Bengkulu : Unit Penerbitan
          FKIP UNIB.
Richard L. Daft, 2010, Era Baru Manajemen,Edward Tanujaya,Edisi 9,Salemba   Empat
Soemardjo, dan Sumardjito.(1996). Aturan Perundangan Bangunan dan    Sarana/Prasarana Sekolah.Makalah, FPTK IKIP Yogyakarta.



Komentar

Postingan Populer