Model Pembelajaran Pengawasan Laku
Pengertian
Pengawasan Laku
Menurut Mutakallim (2016: 351), pengawasan
merupakan salah satu fungsi dalam manajemen suatu organisasi.Dimana memiliki
arti suatu proses mengawasi dan mengevaluasi suatu kegiatan.Suatu pengawasan
dikatakan penting karena tanpa adanya pengawasan yang baik tentunya akan
menghasilkan tujuan yang kurang memuaskan, baik bagi organisasinya itu sendiri
maupun bagi para pekerja.
Menurut Hudha,dkk (2016:114-115)
Model Pembelajaran sistem-sistem perilaku (behavior system models) adalah model pembelajaran yang
menekankan pada perubahan perilaku melalui pembentukan sikap optimis dan
perilaku positif dalam belajar. Model pembelajaran ini lebih didasarkan hasil experimen classical conditioning (kondisi
klasik) yang dilakukan Pavlov maupun Thorndike 1911 dan, 1913 mengenai reward
dalam pembelajaran serta penelitian Watson & Rayner (1920) yang menerapkan
prinsip Pavlovnian mengenai kekacauan psikologi yang dialami manusia.
Menurut (Rusman, 2014:
143-144) dalam Sundari,Hanna (2015:112) Model pembelajaran modifikasi tingkah
laku telah mengembangkan sistem yang efisien dalam upaya penyusunan
aktivitas-aktivitas belajar dan membentuk perilaku melalui manipulasi
penguatan. Model pembelajaran ini bertitik tolak pada teori belajar behaviorisme
yang berfokus pada perubahan perilaku psikologis dan perilaku yang tak
teramati. Penerapan model modifikasi tingkah laku dalam pembelajaran,
diantaranya: guru selalu perhatian terhadap tingkah laku belajar siswa,
modifikasi tingkah laku yang berkemampuan rendah melalui pemberian penghargaan,
dan penerapan prinsip pembelajaran individual.
Menurut Sarwo
(2017:38-39), Clark Leonard Hull menjelaskan perilaku adaptif dan untuk
memahami variabel-variabel yang memengaruhinya. Dapat dikatakan bahwa Hull
tertarik untuk menyusun sebuah teori yang menjelaskan bagaimana kebutuhan
tubuh, lingkungan dan prilaku saling berinteraksi untuk meningkatkan
probabilitas survival organisme.
Karakteristik
Pengawasan Laku
Menurut Mahmud (2008:24-26), pengawasan
laku dapat dilaksanakan bila guru merasakan dan menyadari terdapat persoalan
yang terkait dengan proses dan hasil pembelajaran yang ia laksanakan.
contohnya, seorang guru menyaksikan siswa-siswa yang diajarnya lambat
berkemampuan membaca. Guru merasa dan menyadari bahwa persoalan tersebut sangat
penting dan memerlukan pemecahan secara sistematis.
Menurut Richart Winter, ada enam
karekteristik pengawasan laku, yaitu
(1) kritik reflektif,
(2) kritik dialektis,
(3) kolaboratif,
(4) resiko,
(5) susunan jamak, dan
(6) internalisasi teori dan praktek (Winter, 1996).
Untuk lebih jelasnya, berikut ini
dikemukakan secara singkat karakteristik PTK tersebut.
1.Kritik Refleksi
Salah
satu langkah di dalam penelitian kualitatif pada umumnya, dan khususnya pengawasan
laku ialah adanya upaya refleksi terhadap hasil observasi mengenai latar dan
kegiatan suatu aksi. Hanya saja, di dalam pengawasan laku yang dimaksud dengan
refleksi ialah suatu upaya evaluasi atau penilaian, dan refleksi ini perlu
adanya upaya kritik sehingga dimungkinkan pada taraf evaluasi terhadap
perubahan-perubahan.
2. Kritik
Dialektis
Dengan adanya kritik dialektif diharapkan
penelitian bersedia melakukan kritik terhadap fenomena yang ditelitinya.
Selanjutnya peneliti akan bersedia melakukan pemeriksaan terhadap:
(a) konteks
hubungan secara menyeluruh yang merupakan satu unit walaupun dapat dipisahkan
secara jelas.
(b)Struktur kontradiksi internal, maksudnya di
balik unit yang jelas, yang memungkinkan adanya kecenderungan mengalami perubahan
meskipun sesuatu yang berada di balik unit tersebut bersifat stabil.
3.Kolaboratif
Di
dalam pengawsan laku diperlukan hadirnya suatu kerja sama dengan pihak-pihak
lain seperti atasan, sejawat atau kolega, mahasiswa, peserta didik dan
sebagainya. Oleh karena pada hakikatnya
kedudukan peneliti dalam pengawasan merupakan bagian dari situasi dan kondisi
dari suatu latar yang ditelitinya. Peneliti tidak hanya sebagai pengamat,
tetapi dia juga terlibat langsung dalam suatu proses situasi dan kondisi. Bentuk
kerja sama atau kolaborasi di antara para anggota situasi dan kondisi itulah
yang menyebabkan suatu proses dapat berlangsung.
4. Resiko
Dengan adanya ciri resiko diharapkan dan
dituntut agar peneliti berani mengambil resiko, terutama pada waktu proses
penelitian berlangsung. Resiko yang mungkin ada diantaranya
(a) melesetnya hipotesis dan
(b) adanya tuntutan untuk melakukan suatu
transformasi.
Selanjutnya, melalui keterlibatan dalam proses
penelitian, aksi peneliti kemungkinan akan mengalami perubahan pandangan karena
ia menyaksikan sendiri adanya diskusi atau pertentangan dari para kalaborator
dan selanjutnya menyebabkan pandangannya berubah.
5. Susunan Jamak
Pada umumnya penelitian kuantitatif atau
tradisional berstruktur tunggal karena ditentukan oleh suara tunggal,
penelitinya. Akan tetapi, pengawsan laku memiliki struktur jamak karena jelas
penelitian ini bersifat dialektis, reflektif, partisipasi atau kolaboratif.
Susunan jamak ini berkaitan dengan pandangan bahwa fenomena yang diteliti harus
mencakup semua komponen pokok supaya bersifat komprehensif. Suatu contoh,
seandainya yang diteliti adalah situasi dan kondisi proses belajar-mengajar,
situasinya harus meliputi paling tidak guru, siswa, tujuan pendidikan, tujuan
pembelajaran, interaksi belajar-mengajar, lulusan atau hasil yang dicapai, dan
sebagainya.
6.Internalisasi Teori dan Praktik
Menurut pandangan para ahli bahwa antara teori
dan praktik bukan merupakan dua dunia yang berlainan. Akan tetapi, keduanya
merupakan dua tahap yang berbeda, yang saling bergantung, dan keduanya
berfungsi untuk mendukung tranformasi. Pendapat ini berbeda dengan pandangan
para ahli penelitian konvensional yang beranggapan bahwa teori dan praktik
merupakan dua hal yang terpisah. Keberadaan teori diperuntukkan praktik, begitu
pula sebaliknya sehingga keduanya dapat digunakan dan dikembangkan
bersama.
Model-Model
Pembelajaran Pengawasan Laku
Menurut Hudah (2016:115), Model
pembelajaran sistem perilaku menurut Joyce, at al (2009) terdiri dari tiga
macam model pembelajaran, yaitu:
1) Model Belajar Menguasai (Mastery
Learning Model);
2)Model Instruksi Langsung (Direct
Instruction Model);
Pada tahap pelaksanaan, ada
beberapa langkah pembelajaran yang dilakukan, disesuaikan dengan langkahlangkah
atau tahap-tahap model pembelajaran langsung (direct instruction) yang
dikemukakan oleh Joyce, Weil dan Neal Shambaugh , Susan G.M. yaitu:
a. Tahap
I: Orientasi
Menurut
Danumihardja (2016:626-628),Pada tahap ini ada 3 langkah yang dilakukan yaitu:
1.
Mengkaji ulang materi pelajaran yang
telah dipelajari
2.
Menyampaikan tujuan pembelajaran (State
objectives for lesson)
3.
Menentukan prosedur-prosedur
pembelajaran
b. Tahap II: Presentasi
(1) Menyampaikan materi
pembelajaran baru ( Present new material)
(2) Menyajikan representasi visual
atau tugas yang diberikan
(3) Memastikan pemahaman
c.
Tahap III: Praktik yang terstruktur
Langkah-langkah
yang dilakukan pada tahap ini yaitu:
(1) Guru menampilkan beberapa rekaman
peristiwa bencana alam .
(2) Guru
menugaskan siswa memilih salah satu rekaman untuk dijadikan topik karangan
argumentasi.
(3) Siswa dalam
kelompok berdiskusi mengembangkan topik berdasarkan rekaman menjadi sebuah
karangan argumentasi sesuai teori yang sudah dijelasskan guru.
(4) Perwakilan
setiap kelompok mempresentasikan karangan hasil kerja kelompok masing-masing,
kelompok lain meberikan penilaian dan tanggapan.
(5) Guru
memberikan koreksi terhadap karangan yang masih salah dan memberikan penguatan
pada hasil diskusi yang sudah baik sekaligus memberikan penjelasan ulang
bagaimana cara membuat karangan argumentasi berdasarkan rekaman peristiwa.
d.
Tahap IV: Praktik di bawah bimbingan guru
Pada tahap ini,
langkah-langkah yang dilakukan yaitu:
1) Siswa
berpraktik secara semiindependen
2) Guru
menugaskan siswa untuk melakukan presentasi hasil kerjanya dan siswa yang lain
mengamati
3) Guru
memberikan tanggapan balik berupa pujian bisikan maupun petunjuk.
e.Tahap V: Praktik Mandiri
1)
Memberikan Pelatihan bebas/mandiri:
penilaian kinerja, memberikan koreksi sebagai masukan (Provide independent
praticce: assess performance, provide corrective feedback).
2)
Mengulas latihan dan memberikan koreksi
sebagai umpan balik (Review practice and provide corrective feedback).
3)
Model
Belajar Simulasi (Simulation Model).
Prinsip-Prinsip
Aksi – Reaksi Model Pengawasan Laku
Prinsip-prinsip dari
Model Pengawasan Laku Menurut Joyce,Bruce,dkk (2016:503-506) adalah sebagai berikut :
1)
Perilaku sebagai fenomena yang dapat
diamati dan diidentifikasi.
2)
Perilaku maladaptif didapatkan, bukan di
program
3)
Tujuan perilaku sebagai spesifik dan
individual
4)
Teori perilaku fokus pada hal-hal yang
ada di sini dan saat ini
5)
Prinsip-prinsip reaksi dipandu oleh
kebutuhan untuk memberikan pengetahuan
hasil, membantu siswa mengandalkan diri mereka sendiri, dan melakukan
penguatan.
Langkah-langkah
Menurut Mahmud dan Pranata
(2008:62), langkah-langkah penelitian tindakan kelas yaitu:
1.
Melatih guru untuk melakukan atau
memberikan informasi cara melalukan sesuai dengan rancangan.Hal ini sangat
perlu,jika apa yang akan dilakukan merupakan hal baru bagi guru
2.
Mempersiapkan fasilitas dan sarana
pendukung yang diperlukan dikelas, yaitu dikelas perlu ada papan atau tempat
menempel, perlu kertas stiker, atau kertas kecil-kecil dan lem.
3.
Mempersiapkan contoh-contoh perintah
suruhan melakukan secara jelas.
4.
Mempersiapkan cara mengobservasi hasil
beserta alatnya.
Tips-Tips
untuk Mengajar
Tips-tips untuk Mengajar dari Sudut
Pandang Perilaku Menurut Joyce,Bruce, dkk (2016:511-513 ) optimisme dan
positivitas perilaku mungkin dapat dirangkum dalam tips-tips berikut bagi
pengajaran yang mengajak pembaca untuk mengeksplorasinya.
1)
Aturan Kelas
Aturan
terbaik adalah aturan (rule) dan penguat (reinforce) atau pengasuh (nurturer)
yang positif.
2)
Perilaku Di Luar Tugas
Memuji
siswa yang mengerjakan tugas (penguatan hal-hal positif lebih baik dibandingkan
penguatan hal-hal negatif). Namun, tidak direkomendasikan untuk menenteramkan
siswa yang tidak mengerjakan tugas. Orang dewasa adalah orang deasa, sesuatu
yang tidak dilupkan atau digunakan sebagai sebuah perkumpulan. Sebagian siswa
bersikeras untuk menantang tugas dan perlu belajar untuk mengambil alih
pembelajaran pada kecenderungan yang meningkat.
3)
Pengajaran atau Pengajaran Diri Sendiri
Ketika
memperkenalkan program pemrosesan kata yang baru kepada siswa-siswa yang sudah
dapat menggunakan program lain, seorang guru mengajak siswa untuk mengikuti
petunjuk manual lagkah demi langkah. Guru yang lain memberikan kepada siswa
program-program dan setelah orientasi singkat, guru meminta siswa untuk
menggunakannya.
4)
Siswa-siswa yang Gelisah
Siswa-siswa
tertentu tidak terlihat sedang duduk dengan tenang solusi yang dapat di berikan
adalah memberikan kontrol yang efektif, menjadi mitra siswa dalam mengatur
perilaku mereka, serta memberikan kesempatan penguatan nilai-nilai positif
diri, sebagai penguatan eksternal lain.
5)
Motivasi
Setelah
melakukan ujian pada bidang studi matematika,guru menyuruh siswanya untuk
mengoreksi pekerjaan mereka sendiri dan mencar tau alas an skor yang mereka
peroleh.Guru yang lain memberi nilai pada ujian yang sudah dikerjakan siswa dan
memberikan analisis terhadap item-item soal yang disalahkan.
Sistem
Pada Model Pembelajaran Pengawsan Laku
1.
Sistem Pendukung
Sistem dukungan mencakup rangkaian tugas
pembelajaran, yang terkadang sama rumitnya dengan seperangkat materi yang dikembangkan oleh tim intruksi yang
diberikan secara individual.
2.
Sistem Sosial
Sistem sosial dalam model intruksi langsung ini
benar-benar terstruktur. Namun demikian, terdapat kesulitan-kesulitan untuk
memastikan bahwa siswa mengetahui bahwa apa yang harus dipelajari dan bagaimana
mempelajarinya. Upaya terkonsentrasi siswa mendorong pembelajaran (Joyce,dkk. 2016 : 562).
Kelebihan
dan Kelemahan
dari Model Pembelajaran Pengawasan Laku
1. Kelebihan
Menurut lefudin
(2014:79) kelebihan teori ini cenderung mengarahkan siswa untuk berfikir
linear, konvergen, tidak kreatif dan tidak produktif. Pandangan teori ini bahwa
belajar merupakan proses pembentukan atau shapping yaitu membawa siswa menuju
atau mencapai target tertentu, sehingga menjadikan peserta didik untuk tidak
bebas berkreasi dan beimajinasi.
2.
Kelemahan
Menurut Lefudin
(2014:79) teori behavioristik sering kali tidak mampu menjelaskan situasi
belajar yang kompleks, sebab banyak variabel atau hal-hal yang berkaitan dengan
pendidikan dan atau belajar yang tidak dapat diubah menjadi sekedar hubungan
antara stimulus dan respon. Teori ini tidak mampu menjelaskan alasan-alasan
yang mengacaukan hubungan antara stimulus dan respon ini dan tidak dapat
menjawab hal-hal yang menyebabkan terjadinya penyimpangan antar stimulus yang
diberikan dengan responnya.
Komentar
Posting Komentar