Perkembangan Emosi pada Remaja

PERKEMBANGAN EMOSI

Sumber : https://www.freepik.com/premium-photo/chalk-head-with-emotion-post-it-notes_1861161.htm

Kita sering mendefinisikan emosi sebagai sesuatu yang berbau amarah. Namun sebenarnya amarah adalah bagian dari emosi. Yuk kita pahami apa itu emosi yang sebenarnya!

Definisi Emosi
Emosi adalah setiap kegiatan atau perholakan pikiran, perasaan, nafsu; setiap keadaan mental yang hebat dan meluap-luap. Emosi juga merujuk kepada suatu perasaan dan pikiran-pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis, dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Adapun perasaan (feelings) aalah pengalaman disadari yang diaktifkan baik oleh perangsang eksternal maupun oleh bermacam-macam keadaan jasmaniah.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, emosi adalah keadaan dan reaksi psikologis dan fisiologis (seperti kegembiraan, kesedihan, keharuan, kecintaan); keberanian yang bersifat subjektif.

Bentuk-bentuk Emosi
Daniel Goleman (2005) mengidentifikasi sejumlah kelompok emosi, yaitu :
  1.  Amarah, meliputi beringas, mengamuk, benci, marah besar, jengkel, kesal hati, terganggu, rasa pahit, berang, tersinggung, bermusuhan, tindak kekerasan, dan kebencian patologis.
  2. Kesedihan,meliputi peih, sedih, muram, suram, melankolis, mengasihani diri, kesepian, ditolak, putus asa, dan depresi.
  3. Rasa takut, meliputi cemas, takut, gugup, khawatir, was-was, perasaan takut sekali, sedih, waspada, tidak tenang, ngeri, kecut, panik, dan fobia.
  4. Kenikmatan, meliputi bahagia, gembira, ringan, puas, riang, senang, terhibur, bangga, kenikmatan inderawi, takjub, terpesona, rasa terpenuhi, girang, dan mania.
  5. Cinta, meliputi penerimaan, persahabatan, kepercayaan, kebaikan hati, rasa dekat, bakti, hormat, kasmaran, dan kasih sayang.
  6. Terkejut, meliputi terkesiap, takjub, terpana.
  7. Jengkel, meliputi hina, jijik, muak, mual, benci, tidak suka, dan mau muntah.
  8. Malu, meliputi rasa bersalah, malu hati, kesal hati, menyesalm hina, aib, dan hati hancur lebur.
Hubungan antar Emosi dan Tingkah Laku
Menurut Daniel Golman (2005) emosi memainkan peranan penting dalam pola berpikir maupun tingkah laku individu, yakni:
1.      Respons yang Cepat Tetapi Ceroboh
Pikiran emosional jauh lebih cepat daripada pikiran rasional, pemikiran emosional langsung melompat bertindak tanpa mempertimbangkan apapun yang akan dilakukannya. Karena itu, sikap hati-hati dalam berpikir dikesampingkan sehingga tidak jarang menjadi ceroboh. Misalnya, ketika kita sedang sangat takut dan terkejut melihat binatang yang ditakuti, maka kita mampu melompati parit yang menurut pikiran rasional tidak dapat dilewati.
2.      Mendahulukan Perasaan Baru Kemudian Pikiran
Dalam urutan respons yang cepat, perasaan mendahului atau minimal berjalan serempak dengan pikiran.Namun, di sisi lain ada juga emosional jenis lambat yang lebih dahulu melakukan penggodogan dalam pikiran sebelum mengalirkannya ke dalam perasaan.
3.      Memperlakukan Realitas sebagai Realitas Simbolik
Ajaran orang-orang bijak dengan cepat mudah dimengerti, dihayati, dan kemudian diterima oleh para pengikutnya melalui bahasa emosi dengan mengajar melalui perumpamaan, fabel, ibarat, dan kisah-kisah yang menyentuh perasaan.
4.      Masa Lampau Diposisikan sebagai Masa Sekarang
Apabila terdapat sejumlah ciri suatu peristiwa pada masa sekarang yang mengingatkan kepada kejadian masa lampau maka pikiran emosional bereaksi terhadap keadaan tersebut seolah-olah kejadian itu berada di masa lampau, meskipun sebenarnya tidak lagi menimbulkan ancaman atau dampak yang sama.
5.      Realitas yang Ditentukan Oleh Keadaan
Cara seseorang berpikir dan bertindak pada saat merasa senang akan sangat berbeda dengan perilakunya ketika sedang berada pada keadaan sedih, marah, atau takut.

Karakteristik Perkembangan Emosi Remaja
Secara garis besar, masa remaja dapat dibagi ke dalam empat periode, yaitu:
1.      Periode Pra-remaja
Gejala antara remaja putra dan putri hampir sama. Perubahan fisik disertai kepekaan terhadap rangsang dari luar dengan respons yang biasanya berlebihan sehingga mereka mudah tersinggung, dan cengeng, tetapi juga cepat merasa senang atau bahkan meledak-ledak.
2.      Periode Remaja Awal
Akibat perubahan fisik yang tampak jelas, tidak jarang remaja cenderung menyendiri sehingga merasa terasing, kurang perhatian dari orang lain, atau bahkan merasa tidak ada orang yang mempedulikannya. Kontrol diri bertambah sulit dan cepat marah dengan cara yang kurag wajar untuk meyakinkan dunia sekitarnya.
3.      Periode Remaja Tengah
Remaja sering kali ingin membentuk nilai-nilai mereka sendiri yang mereka anggap benar, baik, dan pantas untuk dikembangkan di kalangan mereka sendiri. Lebih-lebih jika orang tua atau orang dewasa menunjukkan perilaku yang tidak konsisten dengan nilai-nilai yang dipaksakannya itu.
4.      Periode Remaja Akhir
Remaja mulai memandang dirinya sebagai orang dewasa dan mulai mampu menunjukkan pemikiran, sikap, dan perilaku yang semakin dewasa. Interaksi dengan orang tua juga berjalan lancar karena mereka sudah semakin memiliki kebebasan yang relatif terkendali serta emosinyapun mulai stabil. Pilihan arah hidup sudah semakin jelas dan mulai mampu mengambil pilihan serta keputusan tentang arah hidupnya secara lebih bijaksana meskipun belum secara penuh.

Faktor-faktor yang mempengaruhi Perkembangan Emosi Remaja
1.      Perubahan Jasmani
Tidak setiap remaja dapat menerima perubahan kondisi tubuh yang tidak seimbang, lebih-lebih jika perubahan tersebut menyangkut perubahan kulit yang menjadi kasar dan penuh jerawat.
2.      Perubahan Pola Interaksi dengan Orang Tua
Perbedaan pola interaksi orang tua dapat berpengaruh terhadap perkembangan emosi remaja. Cara pemberian hukuman seperti memukul pada saat masih anak-anak dapat menimbulkan pemberontakan terhadap orang tua yang menunjukkan bahwa mereka dalam keadaan konflik dan ingin melepaskan diri dari pengawasan orang tua.
3.      Perubahan Interaksi dengan Teman Sebaya
Interaksi antara anggota kelompok baisanya sangat intens serta memiliki solidaritas yang sangat tinggi. Pembentukan kelompok dalam bentuk “gang” diusahakan terjadi hanya pada masa remaja awal saja karena biasanya bertujuan positif, usahakan dapat menghindarkan “gang” ketika memasuki remaja tengah atau akhir untuk menghindari perbuatan negatif. Faktor yang sering mendatangkan masalah emosi adalah hubungan cinta dengan teman lawan jenis.
4.      Perubahan Pandangan Luar
a.    Sikap dunia luar terhaap remaja sering tidak konsisten.
b. Dunia luar masih menerapkan nilai-nilai yang berbeda untuk remaja laki-laki dan perempuan.
c.     Seringkali kekosongan remaja dimanfaatkan oleh pihak luar yang tidak bertanggung jawab yaitu dengan cara melibatkan remaja ke dalam kegiatan amoral.
5.      Perubahan Interaksi dengan Sekolah
Guru menjadi tokoh penting dalam kehidupan remaja di sekolah. Tidak jarang anak-anak lebih percaya, lebih patuh, bahkan lebih takut kepada guru ketimbang kepada orang tuanya. Posisi semacam ini sangat strategis bagi guru jdalam pengembangan emosi anak melalui penyampaian nilai-nilai luhur, positif, dan konstruktif.

Upaya Mengembangkan Emosi Remaja dan Implikasinya bagi Pendidikan
Menurut Grant Consortium :
1.      Pengembangan Keterampilan Emosional, melalui:
a.       Mengidentifikasi dan memberi label perasaan
b.      Mengungkapkan Perasaan
c.       Menilai intensitas perasaan
d.      Menunda pemuasan
e.       Mengendalikan dorongan hati
f.       Mengelola Perasaan
g.      Mengurangi stress
h.      Memahami perbedaan antara perasaan dan tindakan
2.      Pengembangan Keterampilan Kognitif, melalui:
a.       Belajar melakukan dialog batin dalam mengatasi suatu masalah.
b.      Belajar membaca dan menafsirkan isyarat-isyarat sosial.
c.     Belajar menggunakan langkah-langkah penyelesaian masalah dan pengambilan keputusan.
d.      Belajar memahami sudut pandang orang lain.
e.       Belajar memahami sopan santun.
f.       Belajar bersikap positif terhadap kehidupan.
g.      Belajar mengembangkan kesadaran diri.
3.      Pengembangan Keterampilan Perilaku
a.       Belajar keterampilan komunikasi non-verbal, misalnya berkomunikasi melalui hubungan pandangan mata, ekspresi wajah, gerka-gerik, posisi tubuh, dsb.
b.      Belajar keterampilan komukiasi verbal, misalnya: mengajukan permintaan dengan jelas, mendeskripsikan sesuatu kepada orang lain dengan jelas, menanggapi kritiksecara efektif, menolak pengaruh negatif, mendengarkan orang lain, ikut serta dalam kelompok-kelompok kegiatan positif yang banyak menggunakan komunikasi verbal.


Komentar

Postingan Populer