Pengolahan Kembali Tanah yang Tercemar akibat Tsunami
Sifat-Sifat Tanah Tujuh Bulan Setelah Tsunami
Periode kering selama beberapa bulan di Aceh Besar dan Banda Aceh, kemungkinanakan menye-babkan bergeraknya garam ke lapisan permukaan tanah melalui proses evaporasi. Evaporasi yang tinggi akan membawa garam-garam dari dalam tanah ke permukaan tanah sehingga berpotensi mengganggu pertumbuhan tanaman. Rata-rata (n=20) nilai pH, ECe, ESP, dan Na lebih tinggi di permukaan tanah (top soil) dibandingkan dengan di bawah permukaan tanah (subs soil (Tabel 2). Reaksi tanah (pH) umumnya netral sampai agak alkalis (7,5±1,1) sedangkan kadar kation dapat ditukar sedang sampai tinggi, kecuali K yang rendah sampai sedang (0,4±0,4). Pengaruh tingginya salinitas tanah di daerah permukaan tanah 0-20 cm) dapat diamati di sejumlah daerah pada pertengahan tahun 2005, dimana tanaman padi, jagung, kacang-kacangan, dan sayuran menunjukkan gejala pertumbuhan vegetatif yang terhambat atau pertumbuhan vegetatif bagus tetapi proses pengisian polong kurang sempurna.
PENGOLAHAN TANAH
Salah satu pengolahan tanah akibat tsunami adalah pencucian garam-garam dalam kurun waktu 9 dan 12 bulan setelah tsunami Chlorida (Cl-) adalah satu unsur utama pembentuk salinitas tanah diikuti oleh natrium (Na). Cl bersifat sangat larut dalam tanah dan hampir dapat diabaikan jumlahnya yang difiksasi oleh partikel liat. Oleh karena itu Cl sangat mudah tercuci ke dalam tanah pada kondisi dimana cukup air dan struktur tanah mendukung terjadinya proses pencucian. Pada kondisi dimana terdapat lapisan tanah yang hantaran hidrauliknya sangat rendah, maka Cl akan terakumulasi di lapisan tersebut. Untuk melihat sejauh mana proses pencucian garam-garam, dilakukan pengambilan contoh tanah pada berbagai kedalaman tanah di beberapa tempat.
STRATEGI REHABILITASI
Pencegahan dan rehabilitasi lahan pertanian pasca tsunami diperlukan untuk mengembalikan produktivitas lahan pertanian di NAD. Tiga tindakan perlu dilakukan untuk mencegah kerusakan dan memulihkan kembali produktivitas lahan pertanian, khususnya sawah, di daerah bekas tsunami, adalah:
1) tindakan pencegahan,
2) tindakan rehabilitasi, dan
3) tindakan untuk menumbuhkan motivasi petani.
TINDAKAN PENCEGAHAN
Tindakan ini dilakukan untuk mencegah masuknya air laut ke lahan pertanian sewaktu terjadi pasang. Upaya reklamasi akan menjadi sangat sia-sia apabila lahan pertanian rentan terhadap genangan air laut pasang. Tindakan pencegahan dapat dilakukan dengan membangun tanggul-tanggul, baik yang berupa bangunan sipil teknis maupun secara vegetatif. Lahan pertanian yang sudah tergenangi air laut secara permanen perlu dialihkan untuk penggunaan lain, karena lahan yang sebelum tsunami permuka-annya lebih tinggi dari permukaan air laut, setelah tsunami menjadi lebih rendah sehingga akan tergenang secara permanen. Tindakan untuk mengembalikan fungsinya sebagai lahan pertanian akan sia-sia atau membutuhkan biaya dan teknologi yang mahal. Untuk itu intervensi pemerintah berupa pemberian modal awal ke petani tambak akan sangat penting, mengingat dibutuhkan investasi yang cukup besar untuk membangun tambak.
TINDAKAN REHABILITASI
Tindakan rehabilitasi lahan pertanian yang terkena tsunami perlu dilakukan untuk menurunkan tingkat salinitas dan memperbaiki petakan. Penurunan kadar salinitas tanah dapat dilakukan dengan cara membilas lahan beberapa kali sehingga garamnya terbuang melalui aliran air permukaan. Cara ini dapat sangat efektif menurunkan salinitas tanah jika tersedia air tawar, saluran irigasi dan drainase yang memadai. Saluran drainase yang berfungsi baik dapat membuang garam-garam dari lahan pertanian, sehingga memungkinkan ditanami kembali dengan kacang tanah dan tanaman palawija lain. Selain itu, pembangunan kembali pematang-pematang sawah yang rusak diterjang tsunami perlu segera dilaksanakan. Pematang tersebut sebaiknya lebih tinggi dibandingkan dengan sebelum tsunami untuk menampung lebih banyak air hujan berkadar garam rendah, sehingga dapat lebih efektif menurunkan kadar garam tanah. Pencucian garam ke lapisan tanah lebih dalam sehingga menjauhi zona perakaran dapat dilakukan terutama pada daerah yang permeabilitas tanahnya cukup baik, air tanahnya dalam (>2 m), dan curah hujannya sedang sampai tinggi. Teknik pencucian ini dapat efektif dilakukan selama musim penghujan, namun berisiko meningkatkan kadar salinitas tanah di daerah perakaran selama musim kemarau akibat tingginya penguapan dari pori-pori tanah. Untuk menghindari risiko tersebut, pada lahan pertanian yang telah direklamasi perlu dilakukan tindakan rehabilitasi. Tindakan rehabilitasi ditujukan untuk memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Tindakan rehabilitasi ini dapat dilakukan antara lain dengan:
- Pemberian bahan pembenah tanah seperti pupuk kandang, pupuk organik, gypsum, abu sekam, dan pemulsaan. Pemberian bahan pembenah tanah yang tersedia di lokasi seperti pupuk kandang, sekam padi, dan pupuk organik lainnya sebanyak 5-10 ha sangat penting dilakukan untuk memperbaiki struk-tur tanah, keseimbangan hara, kemampuan menyim-pan air (water holding capacity) dan mengurangi penguapan jika bahan-bahan tersebut disebar di permukaan tanah;
- Perbaikan permeabilitas (drainase internal) tanah melalui pengolahan tanah dalam dan perbaikan struktur tanah. Pengolahan tanah menggunakan bajak singkal sedalam 30 cm sangat dianjurkan untuk mengurangi rasio lumpur tsunami terhadap volume tanah; serta
- Penyesuaian olah tanam yaitu dengan menanam varietas-varietas tanaman yang toleran terhadap salinitas tanah yang tinggi. Beberapa jenis tanaman semusim yang banyak ditanam petani dan tumbuh baik adalah ba-wang merah, cabe, padi, kacang tanah, dan jagung.
TINDAKAN UNTUK MENUMBUHKAN MOTIVASI PETANI
Tindakan ketiga dan yang tidak kalah pentingnya dibandingkan dengan kedua tindakan sebelumnya adalah menumbuhkan kembali motivasi petani untuk kembali ke lahan usahataninya. Rendahnya motivasi petani untuk bertani akan berakibat terbengkalainya program pembangunan pertanian yang telah dicanangkan oleh pemerintah, karena ujung tombak dari sistem produksi pertanian adalah petani itu sendiri. Beberapa kegagalan panen yang dialami petani akibat kurang siapnya lahan pertanian untuk menopang pertumbuhan tanaman dikhawatirkan akan semakin melemahkan motivasi petani. Yang perlu segera dilakukan adalah menyadarkan petani bahwa kondisi lahan mereka sudah berbeda dibandingkan dengan sebelum tsunami, karena itu cara bercocok tanam, penggunaan varietas, dan pupuk perlu disesuaikan. Kegiatan penyuluhan, baik dalam bentuk tatap muka, penyebaran brosur, dan pembuatan demplot perlu dilakukan. Diharapkan dengan kegiatan-kegiatan pe-nyuluhan tersebut, petani bergairah kembali bekerja di lahan usahataninya.
RENCANA REKLAMASI DAN PENANAMAN.
A. Untuk Tanaman Padi Sawah
- Bersihkan permukaan lahan dari sampah dan kotoran yang tertimbun tsunami
- Bagi lahan kepada petakan-petakan sawah seluas kira-kira 25 m x 50 m atau 1.250m2 per petak.
- Buat parit-parit pembuang sedalam 40 cm dengan lebar sekitar 30 cm di sekitar petakan sawah untuk pencucian garam pada permukaan lahan
- Lakukan pencucian garam dengan mengalirkan air irigasi yang tersedia.
- Jumlah/volume kebutuhan pencucian garam dan lamanya genangan perlu diteliti lebih jauh di lapangan dengan menggunakan metode Leaching requirement (Ayers,1994).
- Pada lahan kelas B, pencucian dapat dilakukan berkali-kali, kemudian perlu diberi bahan amelioran berupa gipsum (CaSO4) dengan dosis berkisar antara 2,0-5,0 ton ha-1.
- Setelah pencucian (ECs <0,50 mS cm-1), lakukan pengolahan tanah sesuai keperluan
- Lahan siap ditanam, dan dianjurkan menggunakan padi yang toleran dengan lahan salin (mis. IR-64).
B. Untuk Tanaman Lahan Kering Setahun (Palawija)
- Bersihkan permukaan lahan dari sampah dan kotoran yang tertimbun tsunami
- Buat pematang/bedengan tanam dengan dimensi lebar 30-60 cm dan kedalaman sekitar 40 cm dengan panjang sekitar 40-50 m.
- Alirkan air irigasi hingga menggenangi areal tanam/bedengan dan biarkan hingga semalam.
- esok harinya, keringkan areal untuk mencuci kelebihan garam pada lapisan permukaan lahan. Ulangi pencucian hingga salinitas < 0,50 mS cm-1.
- Untuk menngefektifkan pencucian, tambahkan bahan amelioran gipsum (CaSO4) dengan dosis berkisar antara 2,0-5,0 ton ha-1.
- Setelah pencucian (ECs <0,50 mS cm-1), lakukan pengolahan tanah
- lahan siap ditanam dan dianjurkan menggunakan tanaman-tanaman yang toleran dengan lahan salin (misal: terong, kapas, cabai, kacang tanah, ubi kayu, semangka, selada, bawang, dan sejenisnya).
C. Untuk Tanaman Lahan Kering Tahunan
- Untuk tanaman tahunan yang toleran salinitas seperti kelapa, setelah dilakukan pembersihan lahan, tanaman ini siap ditanam dengan jarak tanam tertentu tanpa perlu upaya rehabilitasi/reklamasi.
- Namun, jika diinginkan dengan tanaman yang tidak toleran, maka upaya reklamasi seperti pencucian, pemberian, gipsum (CaSO4), dan pupuk kandang tetap diperlukan.
- untuk tanaman mangrove, tidak perlu perbaikan lahan yang berarti kecuali pada teknis penanaman saja yang perlu disesuaikan.
Referensi :
Syakur., Hairul Basri., Sufardi., & Muhammad Hatta. 2012. Sifat Tanah dan Air yang
Terpengaruh Tsunami di Kecamatan Lhoknga Kabupaten Aceh Besar. Jurnal
Floratek.
Rachman, Ahmad., Deddy Erfandi., & M Nasil Ali. Dampak Tsunami Terhadap Sifat-Sifat
Tanah Pertanian di NAD dan Strategi Rehabilitasinya. Jurnal Tanah dan Iklim
No.28/2008 : ISSN 1410 – 7244.
Komentar
Posting Komentar